tembakau krosok dan rajangan
 Tipe Tembakau
Tipe tembakau berdasarkan bentuk keringya dibedakan menjadi tembakau krosok (leaf type) dan tembakau rajangan (slice type). Tembakau krosok merupakan tembakau yang paling banyak terdapat di dunia, sedangkan tembakau rajangan merupakan tipe tembakau asli Indonesia. Berdasarkan bentuk fisiknya, tembakau di Indonesia dipasarkan dalam dua wujud, yaitu:
1. Tembakau Rajangan
Jenis tembakau ini kebanyakan diusahakan oleh rakyat atau penduduk lokal setempat. Pembudidayaannya mulai dari penyemaian, penanaman, pemanenan dan pengolahan daun yang dilakukan oleh petani sendiri (swadaya). Oleh karena itu tembakau jenis ini hanya dikenal di Indonesia saja.
Penjemuran dilakukan selama 2-3 hari, dimana tembakau ditata pada alas anyaman bambu. Setelah kering, selanjutnya diangin-anginkan, kemudian dikemas (plastik, keranjang atau tikar).
Berdasarkan tipe ukuran rajangannya, terbagi menjadi dua, broad cut (meliputi rajangan kasar dan sedang) dan fine cut (rajangan halus). Berdasarkan warna hasil fermentasi, tembakau rajangan dibagi menjadi dua, rajangan kuning dan hitam. Disebut rajangan kuning, sebab hasil fermentasi nantinya cenderung berwarna kuning, sedangkan rajangan hitam dikarenakan hasil fermentasi cenderung berwarna gelap.
2. Tembakau Krosok
Krosok merupakan jenis yang paling banyak terdapat di dunia. Tembakau krosok dipasarkan dalam bentuk lembaran daun utuh, setelah melalui proses pengeringan. Harga tembakau krosok cenderung lebih mahal dari pada rajangan, sebab melalui tahapan yang panjang sebelum siap dipasarkan, mulai pengeringan hingga sortasi.
3. Sun cured, adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara langsung (penjemuran). Proses penjemuran untuk tembakau krosok selama 7-10 hari. Metode ini juga dipakai untuk pengeringan tembakau Oriental, yang menghasilkan kadar gula dan nikotin yang rendah.
4. Fire cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara mengalirkan asap dan panas dari bawah susunan daun tembakau. Berbeda dengan flue cured, dimana bara api tidak dibiarkan membara, melainkan dijaga agar tetap mengeluarkan asap. Bahan baku yang umum digunakan agar menghasilkan asap yang cukup antara lain kayu akasia yang dicampur dengan ampas dan bongkol tebu, sehingga diharapkan menghasilkan aroma yang harum dan manis. Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.
Tipe tembakau berdasarkan bentuk keringya dibedakan menjadi tembakau krosok (leaf type) dan tembakau rajangan (slice type). Tembakau krosok merupakan tembakau yang paling banyak terdapat di dunia, sedangkan tembakau rajangan merupakan tipe tembakau asli Indonesia. Berdasarkan bentuk fisiknya, tembakau di Indonesia dipasarkan dalam dua wujud, yaitu:
1. Tembakau Rajangan
Jenis tembakau ini kebanyakan diusahakan oleh rakyat atau penduduk lokal setempat. Pembudidayaannya mulai dari penyemaian, penanaman, pemanenan dan pengolahan daun yang dilakukan oleh petani sendiri (swadaya). Oleh karena itu tembakau jenis ini hanya dikenal di Indonesia saja.
Sebelum  dilakukan perajangan, terlebih dahulu dilakukan sortasi daun basah  untuk memisahkan berdasarkan tingkat kematangan daun, kecacatan fisik  dan posisi daun pada batang, serta pemeraman selama 2-7 hari agar  terjadi proses pelayuan (keluarnya ± 30% air) dan penguningan (perubahan  pigmen klorofil menjadi xantofil). Setelah dirajang, selanjutnya  dikeringkan dengan bantuan sinar matahari (sun cured). 
Waktu  merajang yang paling baik adalah pada dini hari, dengan tujuan supaya  daun yang telah dirajang memperoleh embun pagi. Bila waktu antara  merajang dan menjemur terlalu lama maka mengakibatkan terjadinya proses  oksidasi dan polimerisasi phenol sehingga tembakau rajangan berwarna  lebih gelap dan aromanya berkurang karena penurunan kadar gula (mbanteng – bhs. Jawa). 
Penjemuran dilakukan selama 2-3 hari, dimana tembakau ditata pada alas anyaman bambu. Setelah kering, selanjutnya diangin-anginkan, kemudian dikemas (plastik, keranjang atau tikar).
Berdasarkan tipe ukuran rajangannya, terbagi menjadi dua, broad cut (meliputi rajangan kasar dan sedang) dan fine cut (rajangan halus). Berdasarkan warna hasil fermentasi, tembakau rajangan dibagi menjadi dua, rajangan kuning dan hitam. Disebut rajangan kuning, sebab hasil fermentasi nantinya cenderung berwarna kuning, sedangkan rajangan hitam dikarenakan hasil fermentasi cenderung berwarna gelap.
2. Tembakau Krosok
Krosok merupakan jenis yang paling banyak terdapat di dunia. Tembakau krosok dipasarkan dalam bentuk lembaran daun utuh, setelah melalui proses pengeringan. Harga tembakau krosok cenderung lebih mahal dari pada rajangan, sebab melalui tahapan yang panjang sebelum siap dipasarkan, mulai pengeringan hingga sortasi.
1. Air cured,  adalah proses pengeringan daun tembakau dengan menggunakan aliran udara  bebas (angin). Metode pengeringan ini memerlukan bangunan khusus (curing shed). Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin. 
2. Flue cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan mengalirkan udara panas melalui pipa (flue).  Tembakau yang tergolong jenis ini adalah tembakau Virginia FC. Prinsip  pengeringan flue cured sangat sederhana, berkurangnya kelembaban secara  perlahan selama 24 – 60 jam pertama (masa penguningan) diikuti hilangnya  kadar air secara cepat hingga lamina mengering, yang diikuti  mengeringnya gagang. 
3. Sun cured, adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara langsung (penjemuran). Proses penjemuran untuk tembakau krosok selama 7-10 hari. Metode ini juga dipakai untuk pengeringan tembakau Oriental, yang menghasilkan kadar gula dan nikotin yang rendah.
4. Fire cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara mengalirkan asap dan panas dari bawah susunan daun tembakau. Berbeda dengan flue cured, dimana bara api tidak dibiarkan membara, melainkan dijaga agar tetap mengeluarkan asap. Bahan baku yang umum digunakan agar menghasilkan asap yang cukup antara lain kayu akasia yang dicampur dengan ampas dan bongkol tebu, sehingga diharapkan menghasilkan aroma yang harum dan manis. Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.
Panen dan Pascapanen dalam Budidaya Tembakau
 Panen dan Pascapanen 
Waktu  panen dan cara penanganan pasca panen tembakau sangat tergantung pada  jenis tembakaunya. Berikut diuraikan pemanenan dan penanganan pasca  panen beberapa jenis tembakau yang diusahakan di Indonesia.
 Tembakau Burley BAT Bondowoso 
 Umur Panen 
Kriteria waktu panen tembakau dapat dilihat dari gejala tingkat kematangan daun di pohon sebagai berikut
- Daun bawah (3-4 lembar) mendekati kehijau-hijauan dan gagangnya keputih-putihan.
 - Daun tengah (4-6 lembar) berwarna “kuning kenanga”.
 - Daun atas (6-9 lembar) dan daun pucuk (4-7 lembar) telah matang benar.
 
 Cara Pemetikan 
Pemetikan  daun tembakau Burley dilakukan dengan dua cara yaitu petik biasa  (reaping) dan tebang batang ( stalk cutting). Reaping dilakukan dengan  memetik daun-daunya saja, sedangkan stalk cutting dilakukan dengan  menebang batang tembakau beserta daunnya tepat pada pangkal batang.
Untuk  mendapatkan hasil yang tinggi tembakau burley biasanya diperlakukan  reaping paling banyak dua kali dan selanjutnya stalk cutting. Pemetikan  pertama daun tembakau Burley dilakukan pada saat tanaman berumur 65-70  har, dengan jumlah daun yang dipetik 2-3 lembar. Stalk cutting dilakukan  apabila daun pucuk kelihatan sudah cukup tua (berwarna kuning) dengan  umur tanaman 90-100 HST.
Saat  pemetikan (pagi, siang dan sore) berpengaruh terhadap kualitas daun  tembakau. Saat pemetikan tembakau burley yang baik adalah pada pagi  hari.
 Sortasi Pendahuluan 
Sortasi  pendahuluan dilakukan terhadap daun hijau tembakau Burley untuk  memisahkan daun yang agak muda (immature), daun kurang tua (unripe),  daun tua (ripe) dan daun yang rusak. Sortasi ini dilakukan dengan tujuan  untuk memudahkan proses pengeringan, memudahkan grading setelah  pengeringan, memudahkan penentuan harga jual dan memudahkan pemasaran.
 Pengeringan (Curing) 
Dalam  pengeringan dilakukan penurunan kadar air dari 80 – 90%. Selama  pengeringan terjadi proses aging yaitu pembentukan warna dan  pengeringan. Pengeringan dilakukan di dalam Los. Tembakau Burley ini  termasuk ke dalam jenis pengeringan air cured. Pengeringan dilakukan  selama ± 22 hari sampai diperoleh krosok yang baik. Setelah itu krosok  diunting (diikat beberapa lembar krosok) kemudian dipak/dibal dengan  bobot 1 bal 50 – 60 kg dan dibungkus dengan tikar.
 Tembakau Cerutu Vorstenlanden 
 Pemetikan 
Pemetikan  daun dilakukan secara bertahap, kriteria tanaman siap dipanen yaitu  setelah tanaman berumur 50 hari, 60 – 70% dari populasi telah membentuk  kuncup bunga, warna daun “menongo bener” (hijau seperti bunga kenanga),  sudut daun telah melebar atau merunduk daun mudah dipetik dan tanaman  dalam kondisi segar. Jenis dan banyaknya daun yang akan dipetik terdiri  dari : 2 lembar daun tanah/pasir (DT), 6 lembar daun koseran pertama  (DKP) 10 lembar daun koseran atas (DKA), 4 lembar daun madya pertama  (DMP) 6 lembar daun madya tengah (DMT) dan 4 lembar daun madya atas  (DMA).
Pemetikan dilakukan pada pukul  06.00 – 08.00 pagi secara manual, pemetikan pada pagi hari akan  menghasilkan krosok yang berwarna lebih cerah daripada sore hari.
 Pengeringan 
Pengeringan  tembakau cerutu Vorstenlanden pada prinsipnya menggunakan sistem air  curing. Tembakau dikeringkan di dalam Los dengan tinggi bangunan sekitar  12 m. Pada bagian atap dan dinding terdapat jendela yang berfungsi  untuk mengatur kelembaban udara di dalamnya. Pada malam hari bila  kelembaban udara terlalu tinggi, jendela ditutup dan dilakukan  pengomprongan (pengeringan buatan dengan bahan sekam, kayu, atau briket  batubara). Pada siang hari jendela dibuka agar kelembaban dalam ruang  pengering tersebut turun. 1 Los (bangunan pengering) terdiri dari 30  kamar yang mampu menampung 2.100 dolok (1 dolok terdiri dari 50 lembar  daun). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Los pengering adalah  sortasi, sunduk, pendolokan dan penyusunan daun, penaikan dan pelolosan.
Setelah  pengeringan dilakukan fermentasi yaitu proses biokimiawi yang  melibatkan sejumlah enzim yang terdapat dalam krosok terhadap sulfat  atau senyawa protein dan polisakarida. Dalam proses fermentasi terjadi  perubahan-perubahan seperti penurunan berat 6-18 %, pembebasan tanah,  penyerapan udara, pembebasan CO2, Pembebasan NH3 dan penurunan kadar air  14 – 20 %. Fermentasi juga menyebabkan terbentuknya aroma, warna krosok  menjadi lebih gelap dan merata serta teksturnya lebih halus. Setelah  fermentasi krosok kemudian disusun dalam tumpukan atau stapel berukuran 4  m x 5 m dengan berat 2 -2,5 ton. Stapel kemudian ditutup rapat sampai  suhunya mencapai 42 – 430C. Selanjutnya krosok dipak dalam satu bal  dengan berat 80 kg dengan ukuran panjang 100 cm lebar 70 cm dan tinggi  22 cm. Untuk penyimpanan di gudang dilakukan fumigasi untuk mencegah  serangan serangga gudang dengan insektisida Phostoxin dengan dosis 0,75  tablet/m3 setiap 40 hari sekali.
 Tembakau Rajangan Temanggung 
Panen  dilakukan secara bertahap, pemetikan daun sebanyak 5 – 8 kali  tergantung kemasakan dan jumlah daun. Saat panen biasanya dimulai  apabila sudah ada berita tentang dimulainya pembelian tembakau rajangan  oleh pabrik rokok atau gudang mulai buka. Panen daun tembakau dilakukan  10 – 15 hari sebelum awal pembelian tembakau rajangan. Pemetikan daun  dimulai dari bawah, dipetik 2 – 3 lembar daun setiap kali petik. Daun  yang siap panen ditandai oleh perubahan warna daun, dari hijau menjadi  kuning kehijauan, warna tulang daun putih/hijau terang, tepi daun  mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah dipatahkan.  Waktu panen pagi hari setelah embun menguap sampai siang hari. Apabila  waktu panen turun hujan, maka daun yang cukup matang segera dipetik atau  ditunda 6-8 hari. Daun yang telah dipetik segera diproses atau diolah  menjadi tembakau rajangan. Pengolahan tembakau rajangan terdiri dari 3  tahap kegiatan, yaitu Pemeraman, perajangan dan penjemuran.
Sebelum  diperam, daun tembakau disortasi agar diperoleh daun hijau yang  ukurannya seragam. Pemeraman dilakukan dengan cara mengatur daun, yaitu  didirikan di rak pemeraman. Lamanya pemeraman tergantung dari posisi  daun pada batang. Daun koseran ( daun bawah), lama pemeraman 1-2 malam  (24 – 48 jam) dengan warna daun peraman hijau-kekuningan. Daun tengah  memerlukan waktu peraman 3 – 5 malam (72-120 jam) dengan warna peraman  hijau kekuningan sampai kuning merata. Sedangkan daun tengah yang tebal  dan daun atas memerlukan waktu peraman 4 – 7 malam (96 – 168 jam) dengan  warna daun peraman kuning merata sampai kuning kemerahan.
Setelah  daun tembakau diperam, selanjutnya dilakukan perajangan. Perajangan  dimulai pada tengah malam sampai pagi dengan tujuan hasil rajangan dapat  segera dijemur pada pagi harinya. Tebal irisan (rajangan) daun tembakau  temanggung antara 1.5 mm – 2.0 mm, pisau yang digunakan untuk merajang  harus selalu tajam agar hasil rajangannya baik dan seragam. Setelah daun  tembakau dirajang, kemudian tembakau rajangan dicampur merata  (digagrak) dan diratakan di atas “widig” atau “rigen” untuk dijemur.
Penjemuran  hasil rajangan harus kering dalam 2 hari, tergantung panas matahari.  Pada hari pertama rajangan di balik apabila lapisan atas sudah cukup  kering, pekerjaan ini dilakukan kira-kira pukul 10.00 – 11.00. Pada  malam harinya, rajangan diembunkan untuk memperoleh warna hitam. Pada  hari kedua, penjemuran dimulai pada siang hari sampai rajangan tembakau  lemas kembali. Setelah rajangan tersebut kering, kemudian dimasukkan  kedalam keranjang bambu. Di dalam satu keranjang berisi tembakau  rajangan yang sama mutunya. Selanjutnya tembakau rajangan siap dijual ke  “gudang perwakilan pabrik rokok” atau kepada “tengkulak pengumpul”. 







1 comments:
sukses y..
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.